Isnin, 28 Februari 2011

Percemaran oleh yang rakus



Perlepasan dari kilang yang wujud dikampung lekir ini telah memberi percemaran kepada kehidupan dilaut,dari itu tergugat lah mata pencarian rezeki kepada nelayan-nelayan kampung lekir ini 

Selasa, 22 Februari 2011

BUNGA-BUNGA KEIMANAN

Malam telah tiba. Semakin lama semakin larut. Ada hening mulai meraba kegelapan. Ada sebagian hewan sebagai makhluk Allah tengah berdendang ala mereka. Ini adalah waktu sepertiga malam terkahir. Begitu sunyi suara hiruk pikuk anak adam.
>>Percikan Air Penuh Kesejukan (Dosa-dosa pun Berguguran)…
Mari berwudhu sambil bercanda dengan air guna membersihkan raga, menghilangkan kotoran yang menempel atau mengusir bau tak sedap yang menghinggapi badan. Duh, begitu sejuk terasa butirannya meraba kulit. Ada yang meresap melalui pori-porinya dan sebagiannya jatuh ke bumi. Cobalah pula rasakan air yang membasuh muka atau yang terusap di telinga. Subhanallah, begitu asyik dan membuat saraf kembali energik. Pun, kelak ada cahaya nan putih cemerlang.
“…Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah hal itu…”[1]
“…Umatku akan tampil pada hari kiamat dengan wajah bersinar, tangan serta kakinya berkilauan dari bekas-bekas wudhu…” [2]
Subhanallah, ada dosa-dosa jatuh pula berguguran.
“..Barangsiapa berwudhu dengan baik keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampaipun dari bawah kuku-kukunya..” [3]
>>Saatnya Dahi Menyentuh Bumi dengan Penuh Syukur …
??????????? ??? ???? ???????????
“..Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” [4]
Duhai Rabb semesta alam.. Inilah syukur kami untuk raga yang masih bisa bersujud di sepertiga malam serta beraktifitas mencari rizki kala siang merona. Inilah syukur kami untuk wajah yang tiada cacat, bersih, tampan dan sejuk dipandang. Inilah syukur kami untuk mata yang masih bisa memandang, untuk telinga yang masih bisa mendengar lantunan merdu kalam-Mu. Inilah syukur kami untuk jiwa yang masih bisa bergetar karena nada-nada alam dan tanda-tanda kekuasaan-Mu. Inilah syukur kami untuk kaki yang kuat menopang tubuh dan tak lelah kami ajak berjalan dan berlari, pula masih setia melangkah menuju masjid-Mu dan keluar menuntut ilmu seperti yang Engkau perintahkan..
“..Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan..’” [5]
>>Mengintip Sekilas Istana Surga…
Duhai Rabb yang menciptakan surga,
Kami begitu rindu dengan surga yang Engkau gambarkan dalam Al-quran maupun hadist nabi-Mu ??? ???? ???? ????. Batanya terbuat dari perak dan sebagian lagi dari emas. Pun, adukan semennya adalah campuran kesturi yang sangat harum. Mutiara dan berlian adalah batu kerikilnya.
Pernah suatu ketika Rasulullah ??? ???? ???? ???? menjawab pertanyaan Abu Hurairah tentang bangunan surga dengan berkata:
“…batanya ada yang terbuat dari perak dan ada yang terbuat dari emas. Adukan semennya adalah kesturi yang sangat harum. Batu kerikilnya mutiara dan berlian..”[7]
Kamipun dengan penuh harapan amat merindukan mata air-mata air yang terpancar di dalamnya dan termasuk salah satu kenikmatan yang membuat jiwa begitu bergelora. Terlebih mata air tasnim yang merupakan minuman terbaik penduduk surga.[8]
“.Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.” [9]
“.Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.” [10]
“Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” [11]
>>Sejenak Tentang Dahsyatnya Neraka…
Duhai Rabb yang telah menjadikan neraka dengan warna hitam pekat nan menyembur dahsyat kobaran apinya. Menjelajahi malam ini, kami datang menyerahkan diri dalam rebah sujud tak mampu menahan dosa. Dosa terus menghantam karang keimanan, lantas kepada siapa kami sandarkan rasa yang menghimpit jiwa?? Kami mohon ampun atas segala maksiat dan dosa yang kami lakukan. Inilah air mata kami berlinang menyapa bumi. Kami harap kamilah yang dimaksudkan dalam hadist yang diutarakan nabi-Mu ??? ???? ???? ????.
“..tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali ke ambingnya (kelenjar susu pada hewan)..” [12]
“…dua mata yang tidak akan disentuh api neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga karena siaga di jalan-Nya (saat berjihad)..” [13]
Bagaimana jiwa kami ini tidak tercambuk, di dalam neraka tidak ada satupun kenikmatan dan walau hanya sedetikpun. Para nabi dan syuhada beserta orang-orang shalih takut terhadap neraka, terlebih-lebih kami.
“…para nabi, orang-orang benar, para syuhada, dan orang-orang shalih senantiasa takut terhadap neraka dan menakut-nakuti [memberi peringatan kepada] (orang lain) terhadap neraka..” [14]
Bagaimana hati ini tak pilu, pemandangan dahsyatnya neraka telah mengikis kenikmatan surga seperti yang disaksikan Rasulullah ??? ???? ???? ???? :
“..demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian jarang tertawa dan sering menangis..”
Para sahabat bertanya: “apa yang telah engkau lihat wahai Rasulullah??”
Nabi ??? ???? ???? ???? bersabda: “aku melihat surga dan neraka.” [15]
Aduhai, hati ini semakin teriris kala mendengar berita tentang makanan penduduk neraka.
“..seandainya satu tetes zaqqum menetes di negeri dunia, niscaya ia telah merusak sumber-sumber penghidupan penduduk dunia, lantas bagaimana halnya dengan orang-orang yang mana zaqqum menjadi makanannya..” [16]
>>Semburat Malu Tersipu….
Duhai Rabb yang menguasai hari pembalasan,
Kami malu kepada Rasulullah ??? ???? ???? ???? yang begitu sempurna nan harum semerbak wewangian akhlaknya, yang begitu cinta kepada kami sebagai umatnya, yang tak ingin kami terjerumus dalam kubangan neraka, yang telah mengajarkan kami agama-Mu, yang dinantikan surga, yang menjadi teladan seluruh umat hingga akhir zaman, yang, yang, yang, yang,….
Kami malu kepada Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali beserta sahabat lainnya (radhiallahu ‘anhum) yang terjamin surga oleh-Mu. Kami malu kepada para sahabat yang darahnya tumpah dan mengalir dalam perang demi membela agama-Mu, pun lehernya terpenggal karena sayatan pedang berkilau. Kami malu pada penghafal al-quran yang terbunuh saat itu. Kami malu pada jasad-jasad orang-orang mulia nan berjihad dengan prinsip apa mereka berpegang teguh.
Kami malu dengan semalu-malunya pada pejuang-pejuang di jalan para kafilah pewaris nabi-Mu ??? ???? ???? ????, malu pada tubuh imam Abu Hanifah yang nyawanya terenggut dalam penjara, malu pada tubuh Imam Malik yang diikat dan didera dan disiksa pedih, kami malu pada tubuh Imam Syafi’i yang diikat dan dirantai dan malu pada tubuh Imam Ahmad yang amat keras dicambuk dan mengalirkan darah. Mereka tidaklah memimpikan kemenangan tetapi merasa diri bertanggung jawab di atas amanah iman dan islam. Sedangkan kami??? Tubuh kami bermadu cinta dengan empuknya kasur, begitu dimanjakan produk kecantikan dan mengunjungi salon-salon, pula kebanyakan saudari-saudari kami mempertontonkan tubuh dan lekuknya tanpa nilai mahar..

ANAK SOLEHAH LAH yang dicari oleh ibu-bapa kita


 Sesungguhnya anak-anak merupakan anugerah dari Allah  s.w.t. yang cukup berharga kepada Ibubapa. Mereka juga merupakan amanah daripada Allah untuk dijaga dan dipelihara dengan  sempurna dan memastikan keselamatan di dunia dan akhirat.  Amanah ini akan ditanya oleh Allah diakhirat nanti, apakah kita telah menunaikannya dengan sebaik-baiknya ataupun kita mengkhianatinya.

Justeru itu, Islam tampil sebagai model terbaik memberi bimbingan dan panduan kepada manusia dalam melahirkan sebuah keluarga bahagia dan dirahmati serta diredhai Allah s.w.t.

Kita semua sebagai ibu bapa atau yang bakal menjadi bapa sudah pasti berharap supaya dikurniakan anak-anak yang baik dan soleh yang bakal menjadi penyejuk mata dan penawar hati. Anak-anak bukan sahaja dapat membantu kita sewaktu di dunia bahkan diharap dapat membantu kita sampai ke alam akhirat.

Sabda Rasulullah s.a.w :


” اِذَا مَاتَ ابْنِ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ :

صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ “.

Maksudnya :
“  Apabila telah mati seorang anak Adam, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, iaitu : Sedekah jariah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang soleh yang mendoakan kepadanya“.


Oleh itu, sekiranya kita berhasrat dan mengidamkan untuk mendapat zuriat yang terbaik dan soleh, maka kita mestilah memberikan pendidikan yang sempurna kepada mereka yang berkaitan dengan dengan fardhu ain dan fardhu kifayah.

Justeru itu, proses mendidik anak agar benar-benar menjadi anak yang soleh merupakan suatu tugas dan tanggungjawab yang besar serta mencabar kepada setiap  ibu bapa, terutamanya dalam dunia hari ini yang serba canggih sedikit sebanyak telah mempengaruhi corak kehidupan masyarakat terutamanya golongan kanak-kanak. Maka dalam perkara ini, beberapa faktor penting perlu diberi perhatian oleh ibu bapa bagi memastikan anak-anak menjadi insan yang soleh dan terbaik serta mampu memberi manfaat kepada agama, bangsa dan negara.

Diantara perkara-perkara utama yang perlu diberi perhatian oleh ibu bapa dalam proses melahirkan zuriat yang soleh ialah :

Pertama : Sentiasa Berdoa Kepada Allah s.w.t.
Keinginan untuk memiliki zuriat yang soleh dan cemerlang hendaklah dengan cara berdoa kepada Allah s.w.t. kerana amalan ini merupakan amalan yang dilakukan oleh para nabi dan rasul. Firman Allah dalam surah Ali – Imran ayat: 38


Yang bermaksud :
” Wahai tuhan kami kurniakanlah kepadaku dari sisimu zuriat keturunan yang baik, seseungguhnya engkau sentiasa mendengar (menerima) doa permohonan. “

Dalam ayat ini menjelaskan kepada kita para nabi dan rasul mengutamakan zuriat yang soleh dalam kehidupan mereka, walaupun zuriat itu belum dilahirkan lagi mereka berdoa kepada Allah s.w.t.  agar dikurniakan zuriat keturunan yang baik. Ini memberi gambaran dan contoh kepada manusia untuk diamalkan. Di samping kita berdoa hendaklah kita memberi pelajaran yang sempurna dari segi fardhu Ain dan Fardhu Kifayah semoga mereka dapat membangunkan diri, masyarakat dan negara.

Kedua : Hendaklah Menanam Akidah Didalam Diri Anak-Anak
Akidah merupakan asas yang perlu diberi perhatian dan keutamaan, kerana akidah yang mantap sahaja mampu menjamin kebahagian dan kecemerlangan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Selain itu, anak-anak yang mempunyai pegangan akidah yang mantap tidak akan mudah untuk menyeleweng atau diselewengkan. Lebih-lebih lagi dapat melahirkan insan yang sentiasa dapat menjaga iman mereka serta menjauhi perkara-perkara syirik yang boleh menyesatkan mereka.

Ketiga : Hendaklah Diberi Penekanan Terhadap Tuntutan Syariah Khususnya Dari Sudat Ibadah
Penekanan dari sudut ibadah yang sempurna melambangkan sifat kepatuhan dan ketaatan  kepada Allah. Selain itu, sebagai tanda penyempurnaan  jalinan hubungan dengan Allah s.w.t sepanjang masa dengan sentaisa menyerahkan segala jiwa dan raganya terhadap setiap suruhan dan meninggalkan segala larangannya pada setiap masa.

Selain itu, dengan melakukan ibadah kepada Allah dapat menyedarkan anak-anak tentang sifat-sifat manusia sebagai hamba disisi Allah s.w.t. Ini bersesuaian dengan firman Allah dalam surah al-Anam ayat 162 :


Yang bermaksud : “ Sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan yang memelihara dan mentadbir sekelian alam “.

Keempat : Hendaklah Diberi Penekanan Dari Sudut Akhlak
Memiliki akhlak terpuji merupakan lambang kecemerlangan dan keindahan terhadap keperibadian seorang muslim sejati. Dengan memiliki akhlak yang terpuji menyebabkan seseorang itu dihormati dalam sesebuah masyarakat berbanding dengan orang yang memiliki akhlak yang tercela akan dibenci dan dikeji oleh masyarakat. Kerana itulah, junjungan besar nabi Muhammmad s.a.w. diutuskan untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Selain itu, dengan memiliki akhlak yang mulia merupakan amalan yang paling berat dalam timbangan dihari akhirat berbanding dengan akhlak tercela yang akan melambatkan proses hisab dihadapan Allah s.w.t. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. :

مَا مِنْ شَىْءٍ أَثْقَلُ فِىْ مِيْزَانِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

Maksudnya : “Tidak ada sesuatu yang lebih berat diatas neraca timbangan seseorang hamba di hari kiamat selain dari akhlak yang mulia “.

Kelima : Memastikan Makanan Anak-Anak Dari Sumber Yang Halal
Setiap ibu bapa perlu memastikan setiap makanan yang diberikan kepada anak-anak merupakan  makanan dari sumber yang halal serta menjauhi dari sumber-sumber yang subhah, apatah lagi dari sumber yang haram seperti rasuah, riba, penipuan dan sebagainya.

Kerana makanan yang bersumberkan dari rezeki yang halal bukan sahaja membawa keberkatan tetapi sebenarnya dapat melahirkan zuriat yang pintar dan sehat. Dan akhirnya mendorong seseorang kearah melakukan kebaikan di dunia dan mendapat rahmat Allah di akhirat. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 168 :


Yang bermaksud : ” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu “.

Marilah sama-sama kita memberikan pendidikan yang sempurna kepada anak-anak kita, demi melihat generasi yang terbaik dimasa hadapan. Korbanlah sedikit masa dan harta untuk mereka, berikan kasih sayang dan tunjukkanlah contoh yang terbaik kepada mereka serta mengambil tahu hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan anak-anak seperti dengan siapa mereka berkawan, kemana mereka pergi, jam berapa mereka keluar rumah dan sebagainya. 

Ini semua membuktikan kita telah melaksanakan amanah Allah s.w.t. terhadap anak-anak dengan baik dan sempurna. Kelima-lima perkara yang telah disebut tadi amat penting diberi perhatian untuk membina  insane yang sempurna dan merupakan modal insane yang akan memainkan peranan untuk membangun masyarakat dan Negara yang maju mengikut acuan kita sendiri.


Ibnu Khaldun berpendapat: Bahagia itu ialah tunduk dan patuh mangikut garis-garis yang ditentukan oleh Allah S.W.T dan Perikemanusiaan.

Imam Al-Ghazali pernah berkata: Bahagia - tiap-tiap sesuatu ialah apabila kita merasai nikmat kesenangan dan kelazatan.

Kedua-dua pendapat ini mempunyai maksud yang sama iaitu setiap manusia mestilah hidup di dalam kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia iaitu mempunyai segala keperluan, harta dan kesihatan. Manusia juga mesti hidup dalam kesempurnaan dan kebahagiaan di akhirat iaitu mempunyai keimanan dan ketakwaan terhadap segala perintah Allah dan Rasulnya.

Al-Quran banyak membicarakan tentang cara membentuk dan mengatur keluarga muslim ke arah mencapai kebahagiaan, antaranya persoalan perkahwinan, penceraian, kewajipan nafkah, tanggungjawab anak dan ibubapa, faraid dan sebagainya. Ini membuktikan peri pentingnya kebahagiaan hidup seorang kerana kebahagiaan hidup peribadi adalah menjadi tunjang kepada kebahagiaan hidup berkeluarga. Seterusnya kebahagiaan hidup berkeluarga adalah menjadi pokok bagi kebahagiaan dan kesejahteraan hidup masyarakat dan negara.

Oleh kerana masyarakat itu dibina daripada sesebuah keluarga, sudah pasti nilai-nilai yang baik dan murni tidak kelihatan selagi nilai-nilai itu belum diamalkan oleh setiap orang dalam keluarga berkenaan. Islam telah menentukan hak-hak dan kewajipan seseorang terhadap dirinya juga masyarakat. Kewajipan terhadap diri sendiri ialah bertanggungjawab mengawal dan mendidik dirinya, akalnya, harta benda, nyawa dan kehormatannya(maruah). Setelah itu ia dijadikan asas keutuhan rumahtangga yang terletak kepada perhubungan baik suami -
isteri. Perhubungan baik itu mestilah berdasarkan atas dasar muhibbah kasih sayang dan belas kasihan diantara keduanya.

Firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 21:
Maksudnya:

"Setengah daripada tanda kekuasaan allah bahawa ia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu isteri-isteri supaya kamu bermesra dengannya dan dijadikan pula perhubungan diantara kamu atas dasar kasih sayang dan belas kasihan."

Islam menghendaki hubungan suami isteri ialah perhubungan yang erat, perhubungan yang melengkapi rohani dan jasmani yang teguh. Oleh itu, segala jalan yang boleh merenggangkan ikatan yang suci bagi kedua suami-isteri itu hendaklah dicegah dan dihindarkan dengan segala daya usaha.

Rasulullah S.A.W bersabda: Maksudnya: Sesungguhnya perkara halal yang tidak digemari allah ialah penceraian.

Setelah ikatan diperkukuhkan dan jalan perselisihan dicegah, Islam mengadakan garis panduan mewajibkan kedua ibu bapa memelihara anak-anak mereka dengan baik dan memberikan didikan yang sempurna. sebaik-baik didikan ialah apa yang digambarkan oleh al-Quran dalam surah Lukman, di mana Allah S.W.T memuji dan menceritakan didikan yang diberi oleh Lukman kepada anaknya dengan

Firmannya: ayat 13 yang bermaksud

”Dan ingatlah ketika Lukman menasihati anaknya dengan berkata: wahai anakku, janganlah kamu syirik kepada Allah kerana syirik itu satu kezaliman yang besar”

Seterusnya banyak lagi ajaran dan didikan yang disampaikan oleh Lukman yang meliputi bidang aqidah, ibadat, kemasyarakatan dan sebagainya, Antaranya:

1. Mendirikan ibadat solat.
2. menyeru manusia berbuat kebajikan dan melarang membuat kemungkaran.
3. Bersabar ketika berhadapan dengan ujian hidup.
4. Mengimani setiap yang baik pasti ada balasannya, begitu juga sebaliknya.
5. Tidak berlaku sombong terhadap orang lain.
6. Sentiasa merendah diri.
7. Hidup secara sederhana.
8. jangan meninggikan suara kepada orang lain.

Di sini dapatlah kita fahami, bahawa matlamat pendidikan Islam adalah untuk menanam sifat-sifat mulia ke dalam jiwa anak-anak supaya mereka benar-benar dapat memperhambakan diri(beribadat) kepada Allah S.W.T dengan penuh takwa tanps mengira tempat dan masa.

Oleh itu, marilah kita mengorak langkah kembali mempelajari dan menghayati sepenuhnya ajaran dan nilai-nilai Islam demi kebahagiaan keluarga dan generasi kita masa akan datang.

Islam telah mengambil perhatian yang sangat istimewa terhadap rumahtangga, kebajikan dan keselamatannya, kerana rumahtangga yang aman dan sihat, teratur dan berdisiplin menjadi anak kunci atau dengan kata lain menjadi batu asas bagi kemajuan dan pembangunan sesuatu bangsa dan negara.

Sebaliknya, rumahtangga yang kucar-kacir dan porak-peranda akan mengakibatkan malapetaka dan keruntuhan masyarakat.Maksudnya:

”dan orang-orang yang berdoa dengan berkata: wahai tuhan kami, kurniakan kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penenang hati kami dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang bertakwa”

apan itu cinta" HAKIKI"

“rasa cinta dan kasih sayang akan nampak dan akan semakin membesar ketika orang yang dicintai berada jauh dari yang mencintai.”
“cinta yang sejati adalah cinta yang tempat dan waktu tidak dianggap sebagai penghalang kapanpun, dimanapun cinta tetap cinta.”
“cinta yang hakiki adalah cinta kita kepada makhluk Allah, karena Allah swt”
“kalau cinta kita karena Allah, maka waktu dan tempat tidak akan jadi penghalang bagi sang pecinta.”
“kalau kita mencintai seseorang karena Allah swt, maka kita tidak mendapat sesuatu keculai kebahagiaan dan kecintaan yang sejati dan itu adalah tujuan yang diinginkan para pecinta yang hakiki.”
“cinta kita harus lebih dahsyat kepada yang kita cintai dari cinta kita sebelumnya kalau kita mengetahui bahwa yang kita cintai mendekat kepada Allah.”
“jika semakin dekat cintanya kepada Allah maka cinta kita kepadanya harus semakin besar dan semakin dahsyat.”
“jauhnya kita dengan orang yang kita cintai demi untuk kembalinya kita dan untuk tinggalnya kita bersamanya adalah lebih baik daripada dekatnya kita dengan orang yang kita cintai tetapi untuk jauhnya kita darinya.”
“bagi para pecinta yang sejati yang kecintaannya karena Allah maka ketika yang dicintai pergi, kesepian tidak akan bisa mengganggunya karena cintanya bukan sepenuhnya karena orang yang dicintai akan tetapi cintanya sepenuhnya karena Allah sedangkan Allah selamanya selalu ada.”

Rabu, 26 Januari 2011

"HAWA"Kesatilah air mata mu itu

 Apabila hati terikat dengan Allah, kembalilah wanita dengan asal fitrah kejadiannya, menyejukkan hati dan menjadi perhiasan kepada dunia - si gadis dengan sifat sopan dan malu, anak yang taat kepada ibu bapa, isteri yang menyerahkan kasih sayang, kesetiaan dan ketaatan hanya pada suami."

Bait-bait kata itu aku tatapi dalam-dalam. Penuh penghayatan. Kata-kata yang dinukilkan dalam sebuah majalah yang ku baca. Alangkah indahnya jika aku bisa menjadi perhiasan dunia seperti yang dikatakan itu. Ku bulatkan tekad di hatiku. Aku ingin menjadi seorang gadis yang sopan, anak yang taat kepada ibu bapaku dan aku jua ingin menjadi seorang isteri yang menyerahkan kasih sayang, kesetiaan dan ketaatan hanya untuk suami, kerana Allah.

Menjadi seorang isteri....kepada insan yang disayangi.....idaman setiap wanita. Alhamdulillah, kesyukuran aku panjatkan ke hadrat Ilahi atas nikmat yang dikurniakan kepadaku.

Baru petang tadi, aku sah menjadi seorang isteri setelah mengikat tali pertunangan 6 bulan yang lalu. Suamiku, Muhammad Harris, alhamdulillah menepati ciri-ciri seorang muslim yang baik. Aku berazam untuk menjadi isteri yang sebaik mungkin kepadanya.

"Assalamualaikum," satu suara menyapa pendengaranku membuatkan aku gugup seketika.

"Waalaikumusalam," jawabku sepatah. Serentak dengan itu, ku lontarkan satu senyuman paling ikhlas dan paling manis untuk suamiku. Dengan perlahan dia melangkah menghampiriku.

"Ain buat apa dalam bilik ni ? Puas abang cari Ain dekat luar tadi. Rupanya kat sini buah hati abang ni bersembunyi. `'

Aku tersenyum mendengar bicaranya. Terasa panas pipiku ini. Inilah kali pertama aku mendengar ucapan `abang' dari bibirnya.

Dan itulah juga pertama kali dia membahasakan diriku ini sebagai `buah hati' nya. Aku sungguh senang mendengar ucapan itu. Perlahan-lahan ku dongakkan wajahku dan aku memberanikan diri menatap pandangan matanya.

Betapa murninya sinaran cinta yang terpancar dari matanya, betapa indahnya senyumannya, dan betapa bermaknanya renungannya itu. Aku tenggelam dalam renungannya, seolah-olah hanya kami berdua di dunia ini.

Seketika aku tersedar kembali ke alam nyata. "Ain baru je masuk. Nak mandi. Lagipun dah masuk Maghrib kan ? `' ujarku.

`' Ha'ah dah maghrib. Ain mandi dulu. Nanti abang mandi dan kita solat Maghrib sama-sama ye ? `'Dia tersenyum lagi. Senyum yang menggugah hati kewanitaanku. Alangkah beruntungnya aku memilikimu, suamiku.

Selesai solat Maghrib dan berdoa, dia berpusing mengadapku. Dengan penuh kasih, ku salami dan ku cium tangannya, lama.

Aku ingin dia tahu betapa dalam kasih ini hanya untuknya. Dan aku dapat merasai tangannya yang gagah itu mengusap kepalaku dengan lembut. Dengan perlahan aku menatap wajahnya.

"Abang....." aku terdiam seketika. Terasa segan menyebut kalimah itu di hadapannya. Tangan kami masih lagi saling berpautan. Seakan tidak mahu dilepaskan. Erat terasa genggamannya.

"Ya sayang..." Ahhh....bicaranya biarpun satu kalimah, amat menyentuh perasaanku.

"Abang... terima kasih atas kesudian abang memilih Ain sebagai isteri biarpun banyak kelemahan Ain. Ain insan yang lemah, masih perlu banyak tunjuk ajar dari abang. Ain harap abang sudi pandu Ain. Sama-sama kita melangkah hidup baru, menuju keredhaan Allah." Tutur bicaraku ku susun satu persatu.

"Ain, sepatutnya abang yang harus berterima kasih kerana Ain sudi terima abang dalam hidup Ain. Abang sayangkan Ain. Abang juga makhluk yang lemah, banyak kekurangan. Abang harap Ain boleh terima abang seadanya. Kita sama-sama lalui hidup baru demi redhaNya."

`'Insya Allah abang....Ain sayangkan abang. `'

`'Abang juga sayangkan Ain. Sayang sepenuh hati abang.''

Dengan telekung yang masih tersarung, aku tenggelam dalam pelukan suamiku.

Hari-hari yang mendatang aku lalui dengan penuh kesyukuran. Suamiku, ternyata seorang yang cukup penyayang dan penyabar. Sebagai wanita aku tidak dapat lari daripada rajuk dan tangis.

Setiap kali aku merajuk apabila dia pulang lewat, dia dengan penuh mesra memujukku, membelaiku. Membuatku rasa bersalah. Tak wajar ku sambut kepulangannya dengan wajah yang mencuka dan dengan tangisan.

Bukankah aku ingin menjadi perhiasan yang menyejukkan hati suami? Sedangkan Khadijah dulu juga selalu ditinggalkan Rasulullah untuk berkhalwat di Gua Hira'.

Lalu, ku cium tangannya, ku pohon ampun dan maaf. Ku hadiahkan senyuman untuknya. Katanya senyumku bila aku lepas menangis, cantik!

Ahhh....dia pandai mengambil hatiku. Aku semakin sayang padanya. Nampaknya hatiku masih belum sepenuhnya terikat dengan Allah. Lantaran itulah aku masih belum mampu menyerahkan seluruh kasih sayang, kesetiaan dan ketaatan hanya untuk suami.

`' Isteri yang paling baik ialah apabila kamu memandangnya, kamu merasa senang, apabila kamu menyuruh, dia taat dan apabila kamu berpergian, dia menjaga maruahnya dan hartamu .`'

Aku teringat akan potongan hadis itu. Aku ingin merebut gelaran isteri solehah. Aku ingin segala yang menyenangkan buat suamiku. Tuturku ku lapis dengan sebaik mungkin agar tidak tercalar hatinya dengan perkataanku. Ku hiaskan wajahku hanya untuk tatapannya semata-mata.

Makan minumnya ku jaga dengan sempurna. Biarpun aku jua sibuk lantaran aku juga berkerjaya. Pernah sekali, aku mengalirkan air mata lantaran aku terlalu penat menguruskan rumah tangga apabila kembali dari kerja. Segalanya perlu aku uruskan. Aku terasa seperti dia tidak memahami kepenatanku sedangkan kami sama-sama memerah keringat mencari rezeki.

Namun, aku teringat akan kisah Siti Fatimah, puteri Rasulullah yang menangis kerana terlalu penat menguruskan rumah tangga.

Aku teringat akan besarnya pahala seorang isteri yang menyiapkan segala keperluan suaminya. Hatiku menjadi sejuk sendiri.

Ya Allah, aku lakukan segala ini ikhlas keranaMu. Aku ingin mengejar redha suamiku demi untuk mengejar redhaMu. Berilah aku kekuatan, Ya Allah.

" Ain baik, cantik. Abang sayang Ain.`' Ungkapan itu tidak lekang dari bibirnya. Membuatkan aku terasa benar-benar dihargai. Tidak sia-sia pengorbananku selama ini. Betapa bahagianya menjadi isteri yang solehah.

Kehidupan yang ku lalui benar-benar bermakna, apatah lagi dengan kehadiran 2 orang putera dan seorang puteri. Kehadiran mereka melengkapkan kebahagiaanku.

Kami gembira dan bersyukur kepada Allah atas nikmat yang dikurniakan kepada kami.

Namun, pada suatu hari, aku telah dikejutkan dengan permintaannya yang tidak terduga.

"Ain.....abang ada sesuatu nak cakap dengan Ain."

"Apa dia abang?" tanyaku kembali. Aku menatap wajahnya dengan penuh kasih. `' Ain isteri yang baik. Abang cukup bahagia dengan Ain. Abang bertuah punya Ain sebagai isteri," bicaranya terhenti setakat itu. Aku tersenyum. Namun benakku dihinggap persoalan. Takkan hanya itu?

"Abang ada masalah ke?" Aku cuba meneka.

"Tidak Ain. Sebenarnya......," bicaranya terhenti lagi. Menambah kehairanan dan mencambahkan kerisauan di hatiku. Entah apa yang ingin diucapkannya.

"Ain......abang.....abang nak minta izin Ain......untuk berkahwin lagi," ujarnya perlahan namun sudah cukup untuk membuat aku tersentak. Seketika aku kehilangan kata.

"A.....Abang.....nak kahwin lagi?" aku seakan tidak percaya mendengar permintaannya itu. Ku sangka dia telah cukup bahagia dengannku. Aku sangka aku telah memberikan seluruh kegembiraan padanya. Aku sangka hatinya telah dipenuhi dengan limpahan kasih sayangku seorang.

Rupanya aku silap. Kasihku masih kurang. Hatinya masih punya ruang untuk insan selain aku.

Tanpa bicara, dia mengangguk. `' Dengan siapa abang ? `' Aku bertanya. Aku tidak tahu dari mana datang kekuatan untuk tidak mengalirkan air mata. Tapi....hatiku... hanya Allah yang tahu betapa azab dan pedih hati ini.

`' Faizah. Ain kenal dia, kan ? `'

Ya, aku kenal dengan insan yang bernama Faizah itu. Juniorku di universiti. Rakan satu jemaah. Suamiku aktif dalam jemaah dan aku tahu Faizah juga aktif berjemaah.

Orangnya aku kenali baik budi pekerti, sopan tingkah laku, indah tutur kata dan ayu paras rupa. Tidakku sangka, dalam diam suamiku menaruh hati pada Faizah.

" A....Abang......Apa salah Ain abang?" nada suaraku mula bergetar. Aku cuba menahan air mataku daripada gugur. Aku menatap wajah Abang Harris sedalam-dalamnya. Aku cuba mencari masih adakah cintanya untukku.

"Ain tak salah apa-apa sayang. Ain baik. Cukup baik. Abang sayang pada Ain."

"Tapi....Faizah. Abang juga sayang pada Faizah....bermakna.....sayang abang tidak sepenuh hati untuk Ain lagi."

"Ain.....sayang abang pada Ain tidak berubah. Ain cinta pertama abang. Abang rasa ini jalan terbaik. Tugasan dalam jemaah memerlukan abang banyak berurusan dengan Faizah....Abang tak mahu wujud fitnah antara kami.

Lagipun....abang lelaki Ain. Abang berhak untuk berkahwin lebih dari satu. `'

Bicara itu kurasakan amat tajam, mencalar hatiku. Merobek jiwa ragaku. Aku mengasihinya sepenuh hatiku. Ketaatanku padanya tidak pernah luntur. Kasih sayangku padanya tidak pernah pudar. Aku telah cuba memberikan layanan yang terbaik untuknya. Tapi inikah hadiahnya untukku?

Sesungguhnya aku tidak menolak hukum Tuhan. Aku tahu dia berhak. Namun, alangkah pedihnya hatiku ini mendengar ucapan itu terbit dari bibirnya. Bibir insan yang amat ku kasihi.

Malam itu, tidurku berendam air mata. Dalam kesayuan, aku memandang wajah Abang Harris penuh kasih. Nyenyak sekali tidurnya.

Sesekali terdetik dalam hatiku, bagaimana dia mampu melelapkan mata semudah itu setelah hatiku ini digurisnya dengan sembilu.

Tidak fahamkah dia derita hati ini? Tak cukupkah selama ini pengorbananku untuknya? Alangkah peritnya menahan kepedihan ini. Alangkah pedihnya!

Selama seminggu, aku menjadi pendiam apabila bersama dengannya. Bukan aku sengaja tetapi aku tidak mampu membohongi hatiku sendiri. Tugasku sebagai seorang isteri aku laksanakan sebaik mungkin, tapi aku merasakan segalanya tawar. Aku melaksanakannya tidak sepenuh hati.

Oh Tuhan.....ampuni daku. Aku sayang suamiku, tapi aku terluka dengan permintaannya itu.

Apabila bertembung dua kehendak, kehendak mana yang harus /> dituruti. Kehendak diri sendiri atau kehendak Dia ?

Pastinya kehendak Dia. Apa lagi yang aku ragukan? Pasti ada hikmah Allah yang tersembunyi di sebalik ujian yang Dia turunkan buatku ini. Aku berasa amat serba-salah berada dalam keadaan demikian.

Aku rindukan suasana yang dulu. Riang bergurau senda dengan suamiku. Kini, aku hanya terhibur dengan keletah anak-anak.

Senyumku untuk Abang Harris telah tawar, tidak berperisa. Yang nyata, aku tidak mampu bertentang mata dengannya lagi. Aku benar-benar terluka.

Namun, Abang Harris masih seperti dulu. Tidak jemu dia memelukku setelah pulang dari kerja walau sambutan hambar. Tidak jemu dia mencuri pandang merenung wajahku walau aku selalu melarikan pandangan dari anak matanya.

Tidak jemu ucapan kasihnya untukku. Aku keliru. Benar-benar keliru. Adakah Abang Harris benar-benar tidak berubah sayangnya padaku atau dia hanya sekadar ingin mengambil hatiku untuk membolehkan dia berkahwin lagi?

`Oh Tuhan...berilah aku petunjukMu.' Dalam kegelapan malam, aku bangkit sujud menyembahNya, mohon petunjuk dariNya. Aku mengkoreksi kembali matlamat hidupku.

Untuk apa segala pengorbananku selama ini untuk suamiku ? Untuk mengejar cintanya atau untuk mengejar redha Allah ?

Ya Allah, seandainya ujian ini Engkau timpakan ke atas ku untuk menguji keimananku, aku rela Ya Allah. Aku rela.

Biarlah... Bukan cinta manusia yang ku kejar. Aku hanya mengejar cinta Allah. Cinta manusia hanya pemangkin. Bukankah aku telah berazam, aku inginkan segala yang menyenangkan buat suamiku?