Jumaat, 5 November 2010

Serikandi Islam : ummu khadijah


Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat mencintai Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah Nabi Muhammad. Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal awwaluun) mempercayai kenabian Muhammad. Ia merupakan teladan utama dari para pemilik akidah yang penyabar, akhlak yang suci dan perilaku yang luhur.

Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kemudian menjadi suaminya. Khadijah mempunyai julukan Ratu Mekkah karena terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Setelah menjadi istri Nabi Muhammad, sebagian besar hartanya digunakan untuk perjuangan da'wah Nabi Muhammad.

Nama Nasab Dan Gelar

Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68 sebelum Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang berkilauan.

Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah seorang delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada rajanya yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya mengusir pasukan Abessinia dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun Gajah.

Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib. Masing-masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin Quraisy yang berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuza’ah pada abad ke-5M yang telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah itu, Qushai menjadi pemimpin agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian diteruskan oleh keturunannya.

Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri Rasulullah SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain.

Khadijah biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin ( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan spiritual) pada zaman jahiliyah.

Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia adalah sebaik-baik isteri yang dan mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu mengikutinya. Ia telah menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad SAW sebelum baginda diutus sebagai seorang Rasul.

Menikah dengan Muhammad

Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.

Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan.

Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.

Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).

Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.

Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.

Setelah menikah dengan baginda Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang anak. Padahal, saat menikah dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti ke-enam orang anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun. Sungguh luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa.

Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim. Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi.

Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah dengan Abu Al-’Ash dan berhijrah memeluk islam lebih awal dari suaminya Abu Al-’Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan sesudah memeluk Islam dan dimakamkan di Baqi’.

Anak ke-empat dan ke-lima adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua anaknya menikahi putri Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata :

Aku tidak akan berkumpul dengan kalian bila kalian tidak menceraikan kedua anak Muhammad itu.” maka keduanya menceraikan istri masing-masing sebelum sempat menggaulinya. Setelah itu, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke kota Madinah bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi.’ Sepeninggalan Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama kemudian, Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya)

Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi.’

Dengan yang demikian, putra putri Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir.

Keperibadian Dan Keutamaan

Keistimewaan dan keutamaan wanita suci ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus benar-benar sesuai dengan sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data sejarah Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini. Diantaranya adalah seperti berikut :

Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.

Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu istimewa kerana memiliki kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar dan perilaku yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia banyak merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana itu, tidak jarang ia mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal.

Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah tercemar dengan lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar. Demikianlah potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum kedatangan Islam.

Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW.

Tentang keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda :

"Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan, Allah SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara isteri-isteri ku yang lain tidak memberikan aku anak.” (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani).

Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman pandangan, keyakinan, kepercayaan dan penyucian yang ditempuh untuk keimanan tersebut.

Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan ketakutan.

Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW :

”Tidak suami ku, demi Allah… Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.”

Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah, dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah membantah dan mendustai Rasulullah.

Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah, suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi Muhammad.

Wanita Solehah

Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

"Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah Binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, isteri Fir’aun.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)

Ia adalah wanita terbaik di golongan Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa :

"Wanita terbaik dari golongan itu adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari golongan ini adalah Khadijah binti Khuwailid.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Selain itu juga ia termasuk salah satu di antara empat wanita terbaik penghuni syurga. Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah, lalu beliau bertanya :

Tahukah kalian apa ini?”
Para sahabat mejawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu bersabda :
Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah isteri Fir’aun.”

Semua ahli hadits sepakat mengatakan bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan itu adalah wanita-wanita paling utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada yang berselisihan pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan paling mulia.

Mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira

Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan sebuah rumah yang terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan kesusahan. Seperti sabda Rasulullah :

Ketika Jibril datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata :

"Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Hadits Riwayat Bukhari)

Anas Bin Malik berkata :

Suatu ketika Jibril datang menemui Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama Khadijah. Maka Jibril pun berkata :

”Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah.”

Maka Khadijah menyahut :

”Sesungguhnya Allah itulah As-Salam. Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu pula salam dari Allah beserta rahmat dan berkah-Nya.” (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)


Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir dari rahimnya, kecuali Ibrahim

Khadijah adalah wanita yang subur rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin dengan Rasulullah, ia telah dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami pertama dan keduanya.


Dijuluki Ummul Mukminin yang paling utama

Khadijah adalah seorang ummul mukminim iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda Rasulullah kecuali Ibrahim.


Wafat

Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.

Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun.

Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Referensi:
http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/02/05/biografi-siti-khadijah/
http://maaini.wordpress.com/2008/05/23/suri-teladan-muslimah-biografi-istri-istri-nabi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid
http://www.jilc-makassar.com/index.php?id=beritadetail.php&kat=Profil&idb=744
http://www.ummah.net/khoei/khadija.htm

Serikandi Islam : Aisya Humaira




ASAM garam mewarnai perjalanan hidup anak kesayangan Abu Bakar as-Siddiq, Aisyah yang terkenal dengan gelaran Ummul Mukminin. Kesempatan hidup berumahtangga dengan Rasulullah SAW dan menjadi isteri paling rapat menghasilkan sebuah peribadi mulia dalam dirinya.

Walaupun sering ditonjolkan sebagai isteri manja dan kuat cemburu, beliau adalah wanita memiliki naluri keibuan yang kental dalam mengasuh, mendidik serta mengajar ilmu Allah kepada anak saudara dan kanak-kanak di sekitar kediamannya.

Kisah Aisyah diabadikan dalam buku berkulit tebal berjudul Aisyah Ummul Mukminin oleh penulis kelahiran India, Sulaiman an-Nadawi sebagai cermin kepada wanita Islam hari ini yang berusaha mengindahkan keperibadian dan menyempurnakan kehidupan yang diambil daripada Aisyah.

Aisyah adalah sumber rujukan intelektual sahabat terkemuka. Sejarah mencatatkan sahabat banyak belajar masalah berkaitan agama dan hukum fiqah daripadanya kerana pengetahuan yang luas dalam bidang itu.

Selain itu, beliau sangat berhati-hati ketika mengulas sebarang masalah peribadi, di samping mengetahui banyak rahsia Nabi Muhammad SAW. Aisyah juga mengisahkan banyak hadis yang didengar daripada Baginda secara langsung.

Buku Aisyah Ummul Mukminin menyingkap sejarah empunya nama timangan as-Siddiqiah yang bermaksud perempuan yang berkata benar. Ada kisah menyebut nama timangannya Humaira, iaitu kemerah-merahan, tetapi Nabi Muhammad SAW lebih gemar memanggilnya Bintus-Siddiq, anak gadis lelaki berkata benar.

Sejarah hidup Aisyah yang menjadi topik mula buku ini menceritakan detik kelahiran, zaman kanak-kanak serta perkahwinannya dengan Nabi Muhammad SAW pada usia enam tahun. Pernikahan itu digambarkan begitu indah, walaupun tarikh sebenar tidak dapat dipastikan ahli sejarah.

Penceritaan dalam bahasa mudah berserta dalil daripada hadis menjadikan pembaca leka dan tidak sabar untuk mengetahui kisah selanjutnya, terutama membabitkan permulaan kehidupan kanak-kanak usia sembilan tahun menguruskan rumah tangga serta suami yang jauh lebih tua daripadanya.

Umumnya, kehidupan Aisyah adalah bukti terbaik indahnya Islam pada wanita. Syariat Islam meletakkan kedudukan wanita di tingkat yang mulia. Ingin mengetahui keistimewaan ibu kepada umat Mukmin ini, boleh mendampingi buku Aisyah Ummul Mukminin kerana banyak rahsia yang didedahkan berpandukan kepada catatan hadis dan diceritakan dengan gaya penceritaan begitu menarik sekali.

Melalui Aisyah juga banyak hak wanita diperjuangkan kerana beliau akan membantah jika ada pihak cuba merendahkan martabat wanita.

Sebagai isteri yang paling dicintai Nabi Muhammad SAW dan dicemburui isteri yang lain, Aisyah juga menaruh rasa cemburu terhadap madunya kerana masing-masing bersaing untuk mendapatkan cinta serta perhatian Baginda.

Tirmizi mencatatkan, “Aisyah mempunyai tahap pemikiran yang tinggi dan menonjol di kalangan wanita. Malah kecerdasan pemahaman serta daya fikiran yang kuat mengalahkan kebanyakan lelaki dan wanita yang hidup pada zamannya.”

Pengetahuan dimiliki Aisyah merangkumi pelbagai bidang seperti al-Quran, hadis, ilmu fiqah dan qiyas, ilmu tauhid, akidah, rahsia syariat, perubatan, sejarah, pidato serta syair. Maka tidak hairanlah jika beliau menjadi sumber rujukan para sahabat.

Umumnya, kehidupan Aisyah adalah bukti terbaik betapa indahnya Islam pada wanita. Syariat Islam meletakkan kedudukan wanita di tingkat yang mulia. Melalui Aisyah juga banyak hak wanita diperjuangkan kerana beliau akan membantah jika ada pihak cuba merendahkan martabat wanita


sumber : http://nusayba.wordpress.com/2008/08/19/aisyah-humaira/


Serikandi Islam : Fatimah Al-Zahra



FATIMAH AL-ZAHRA

Fatimah al-Zahra as (ucapan Alaiha Salam [as] sila rujuk misalnya dalam Sahih Bukhari, Juzuk 5, hadith 368, dan 546) adalah puteri kepada Rasulullah s.a.w. Ibunya Khadijah iaitu isteri Rasulullah s.a.w yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang bondanya Khadijah, Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang bermaksud: “Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun.” [Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl. 42; Al-Hakim alam al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 157].

Fathimah as mempunyai nama-nama timangan seperti Ummal Hasan, Ummal Husayn, Ummal Muhsin, Ummal A’immah dan Umma Abiha.

Rasulullah s.a.w menggelarkannya Fathimah as sebagai “Ummu Abiha” bermaksud ibu kepada ayahnya. Ini kerana Fathimah as sentiasa mengambil berat tentang ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan Sayyidah al-Nisa.

Fatimah dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah iaitu pada Hari Juma’at, tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad s.a.w [Manaqib Ibn Shahrashub, (Najaf), Juzuk 3, hlm. 132; al-Kulaini, al-Kafi; Misbah al-Kaf'ami; Syeikh al-Mufid, Iqbal al-Amal]. Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah s.a.w dan Khadijah ak-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah s.a.w [al-Bukhari, Sahih, Juzuk 5, Hadith 546]

Kelahiran Fathimah as amat menggembirakan Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w bersabda tentang Fathimah as: “Dia adalah daripadaku dan aku mencium bau syurga dari kehadirannya.” [Kasyf al-Qummah, Juzuk 2, hlm. 24].

Mengapa diberikan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha AS nama “Fatimah” diberikan oleh Rasulullah s.a.w Fathimah as dan para pengikutnya terpelihara dari api neraka. Imam Ja’far al-Sadiq AS berkata: ” Rasulullah s.a.w bersabda kepada Ali AS: Tahukah kamu nama mengapa nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab: Mengapa dia diberikan nama itu? Dia (Rasulullah s.a.w) bersabda: Kerana dia dan golongannya akan diperlihara dari api neraka.”

Ketika masih berumur dua tahun Fathimah as turut bersama-sama ayahanda dan bondanya di perkampungan Shi’bi Abi Talib kerana di boikot oleh masyarakat Mekah. Kemudian pada tahun ke sepuluh kerasulan, bondanya Khadijah pula meninggal dunia. Peristiwa ini menjadikan Fatimah banyak bergantung hidup kepada ayahandanya Muhammad Rasulullah s.a.w.

Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Fathimah as bersama-sama dengan rombongannya iaitu Fatimah binti Asad bin Hashim iaitu ibu kepada Imam Ali AS, Fatimah binti al-Zubair bin Abdul Muttalib,Fatimah binti Hamzah, dan juga Ayman dan Abu Waqid al-Laithi berhijrah ke Madinah. Rasulullah s.a.w telah sampai dahulu di Quba, Madinah. Sebelum meninggalkan Mekah Rasulullah s.a.w telah mengarahkan Ali bin Abi Talib supaya menyusul bersama keluarganya kemudian. Justeru, rombongan hijrah tersebut diketuai oleh Ali bin Abi Talib AS.

Keperibadian Fatimah al-Zahra as

Fathimah as termasuk dalam Ahlul Bayt Rasulullah s.a.w sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam Surah Al-Ahzab: 33 bermaksud:

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa), wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya.”

Dalam ayat di atas, Fathimah as adalah salah seorang daripada Ahlul Bayt Rasulullah s.a.w dan Allah SWT telah menyucikan Fathimah as dari sebarang dosa-dosa, bermakna Fathimah as adalah seorang yang ‘maksum’ – pendapat sesetengah ulama Ahlul Sunnah. [Sila baca Riwayat hadith al-Kisa]

Riwayat Hadis Al-Kisa

Di bawah ini disebutkan beberapa ulama dan ahli tafsir yang telah meriwayatkan hadith tersebut melalui berbagai sumber. Semua riwayat tersebut saling berhubungan di dalam bentuk yang berbeza-beza dan berikut adalah sebahagian daripadanya:

  1. Muslim, Sahih, Kitab Fadail al-Sahabah, Bab Fadail Ahl Bayt al-Nabi, Jilid VII, hlm.130.
  2. Ahmad bin Hanbal, Musnad, Jilid I, hlm.331; Jilid III, hlm.151-259 dan 285, Jilid IV, hlm.5 dan 107; Jilid VI, hlm. 292, 296, 298, 304, dan 322.
  3. Al-Tirmidzi, Sahih, K-44, Surah H-7, K-46, B-31 dan 60.
  4. Jalal al-Din al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, Jilid V, hlm. 198-199
  5. Syaikh Abd. al-Haq Muhaddith Dehlavi, Asya’atal al-Lamaat, Jilid IV, hlm.278-379.
  6. Abu Dawud al-Tayalisi, Musnad, Jilid VIII, hlm.474, hadith 2055.
  7. Ibn Hajar al-Makki, Al-Sawa’iq al-Muhriqah di bawah tajuk Barahin Qat’iah.

Fatimah az-Zahra AH mempunyai sifat-sifat kemuliaan yang dinyatakan dalam al-Qur’an. Ulama dari pelbagai mazhab bersetuju bahawa ayat al-Qur’an surah Al-Insaan (76); 8-9 ditujukan kepada keluarga Fathimah as iaitu yang bermaksud: “Dan mereka memberikan makanan yang disukai kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan makanan kepada kamu hanyalah untuk mendapatkan keredhaan Allah. Tidaklah kami mengharapkan balasan daripada kamu dan tidak juga (ucapan) terima kasih.”

Ayat di atas mengisahkan Hasan dan Husayn AS sedang dalam keadaan sakit. Rasulullah s.a.w dengan beberapa orang sahabat menziarahi mereka. Rasulullah s.a.w mencadangkan kepada Ali AS bernazar kepada Allah SWT bahawa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga hari apabila anak mereka sembuh dari penyakit tersebut. Ali, Fatimah, dan pembantu mereka, Fizzah bernazar kepada Allah SWT. Apabila Hasan dan Husayn AS sembuh, mereka pun berpuasa. Pada waktu berbuka datang seorang pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka hanya berbuka dengan sahaja. Keesokan hari ini datang seorang anak yatim meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali lagi mereka hanya berbuka dengan air sahaja. Pada hari ketiga, datang pula seorang tawanan perang meminta makanan. Selepas memberikan makanan, Ali membawa anak-anaknya ke rumah Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w berasa sedih melihat keadaan cucunya itu. Ali AS membawa Rasulullah s.a.w ke rumah mereka. Sampai di sana Rasulullah s.a.w melihat Fathimah as sedang berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah s.a.w berasa amat sedih. Turun malaikat Jibril berkata kepada beliau s.a.w,” Wahai Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan tahniah pada Ahl Bayt kamu.” Lalu Jibril membacakan ayat tersebut.[Al-Hakim al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld.XXIX, hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII, hlm.395]

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

“Fatimah adalah sebahagian daripadaku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah.” [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]

Imam Ali al-Redha AS berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda bermaksud:

“Hasan AS dan Husayn AS adalah makhluk yang terbaik di dunia selepasku dan selepas bapa mereka (Ali AS) dan ibu mereka (Fathimah as) adalah wanita yang terbaik di kalangan semua wanita.”.

Dari Imam Ali AS dari Rasulullah s.a.w berkata kepada Fathimah as bermaksud:

“Sesungguhnnya Allah marah kerana kemarahanmu dan redha kerana keredhaanmu.” [Mustadrak al-sohihain, juzuk 3, hlm152]

Dari Aisyah berkata bahawa:

“Tidak pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar dalam berhujah daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah s.a.w).”[Mustadrak al-Sohihain, Juzuk 3, hlm.160]

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadith dari Aisyah berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: “…..Tidakkah engkau redha (wahai Fatimah) bahawa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah (pemimpin wanita di syurga) atau pemimpin wanita seluruh alam…” [Sahih Bukhari, Jld. IV, hadith 819]

Dalam hadith yang lain al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebuah hadith yang panjang dan di sini dinyatakan sebahagiannya:

“….Wahai Fatimah! Tidakkah engkau redha bahawa engkau adalah saidati-nisa il-mu’minin (pemimpin wanita mu’minin) atau saidanti-nisa-i hadzhihi il-ummah (pemimpin wanita umah ini)?” [Al-Bukhari, Jilid 8, hadith 301]

Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari Imam Ali AS bahawa pada suatu ketika Fathimah as mengadu tentang kesusahannya mengisar tepung. Apabila beliau AH mendengar berita ada beberapa orang hamba dari rampasan perang telah dibawa kepada Rasulullah s.a.w, beliau AH lalu pergi (ke rumah Rasulullah s.a.w) untuk menemui baginda s.a.w bagi mendapatkan pembantu tersebut, tetapi pada ketika itu (Rasulullah s.a.w tidak ada di rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda s.a.w. Lalu Fatimah menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah s.a.w pulang, Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah s.a.w kemudian pergi ke rumah kami….Mahukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohonkan.”[Al-Bukhari, Jld. VI, hadith 344]

Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata:

“Tidak pernah aku melihat seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah salamullah ‘alaiha selain daripada ayahnya.” [Hilyatul-awliya, Juzuk 2, hlm. 41]

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

“Pada malam aku diangkat ke langit (mi’raj), aku melihat di pintu syurga tertulis bahawa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah, Allah mengasihiku, dan Hasan, dan Husayn sofwatullah (sari yang terbaik dari Allah), Fatimah Khiratullah (sesuatu yang terbaik dari pilihan Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka.” [Tarikh al-Baghdadi, Juzuk 1, hlm. 259]

Fatimah al-Zahra as mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya: (1) menemukan jalan yang benar (ihtida’) (2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida’), dan (3) berpegang teguh serta menyakini kewajipan-kewajipannya (tamassuk).” [Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah]

Kezuhudan Fatimah al-Zahra as

Imam Hasan AS meriwayatkan,” Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak.” Imam Hasan AS juga meriwayatkan:

“Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumaat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau AH berdoa untuk kaum mu’minin dan mu’minah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri.”Ibu,” Aku bertanya kepada beliau AH.”Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain?” Beliau menjawab,” Anakku, (berdoalah) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri.” [Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169; Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]

Asma’ binti Umays meriwayatkan:

“Pada suatu ketika aku sedang duduk-duduk bersama Fathimah as apabila Nabi s.a.w datang. Beliau s.a.w melihat Fathimah as memakai rantai di lehernya yang telah diberikan oleh Ali bin Abi Talib AS dari bahagiannya yang diambil daripada harta rampasan perang.” Anakku”, beliau s.a.w berkata,”Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan. Anda adalah Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang menjadi kesukaan) orang-orang yang bongkak.” Beliau AH serta-merta melucutkan rantainya pada ketika itu juga dan menjualnya. Dengan wang dari jualan tersebut, beliau AH membeli dan kemudian membebaskan seorang hamba lelaki. Apabila Rasulullah s.a.w mendengar apa yang beliau AH lakukan, beliau s.a.w berasa gembira dan mendoakan rahmat kepada Imam Ali AS. [Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 152]

Karamah Fatimah al-Zahra as

Abu Sai’d al-Khudri berkata: “Pada suatu hari Ali AS berkata bahawa beliau AS berasa amat lapar. Beliau AS kemudian meminta Fathimah as menyediakan makanan. Fathimah as bersumpah bahawa tidak ada makanan yang tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali AS. Imam Ali AS bertanya mengapa Fathimah as tidak memberitahukan kepadanya bahawa di rumah mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fathimah as menyatakan bahawa dia AH berasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia AH juga tidak mahu menuntut apa-apa dari Imam Ali AS. Imam Ali AS keluar dari rumah dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau AS meminjam wang sebanyak satu dinar dengan hasrat untuk membeli makanan untuk ahli rumahnya. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Miqdad ibn Aswad sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh bahang matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan tidak bermaya. Lalu Imam Ali AS bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali AS. Tetapi akhirnya dia menyatakan juga rahsia itu dan berkata:

“Wahai Abul Hasan! Aku bersumpah bahawa ketika aku keluar rumah tadi, ahli rumahku berada di dalam kelaparan yang teruk. Anak-anakku kebuluran dan aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meningggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut.”

Air mata Ali AS jatuh berguguran dan mengenai janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Ali AS berkata kepadanya:

“Aku bersumpah bahawa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau.”

Ali AS lalu menyerahkan wang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali AS kemudian pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi s.a.w sedang solat. Ali AS bersolat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajipannya, beliau AS menemui Nabi s.a.w di pintu masjid. Rasulullah s.a.w bertanya Ali AS tentang makanan yang dia ada untuk makam malam, sama ada Nabi s.a.w dijemput oleh menantunya untuk makan malam.

Ali AS tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau AS tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kelihatannya Rasulullah s.a.w tahu tentang kisah wang satu dinar itu. Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w bahawa hendaklah beliau s.a.w bersama Ali AS pada petang itu.” Mengapa anda tidak berkata sesuatu?” tanya Nabi Muhammad s.a.w. Ali AS dengan menjawab: ” Diriku di tanganmu.”

Nabi Muhammad s.a.w memegang tangan Ali AS dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah Fathimah as. Apabila sampai di sana, Fathimah as baru selesai menunaikan kewajipannya (solat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fathimah as kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi s.a.w mengucapkan salam dengan lembut.” Semoga Allah SWT memberi rahmat ke atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan malam!” sambung Rasulullah s.a.w.

Fathimah as mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya s.a.w dan suaminya, Ali AS, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang lazat di dalam periuk itu. Fathimah as berkata: ” Adakah anda marah dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Adakah aku telah melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!?”

Ali AS berkata: ” Mengapa tidak? Semalam engkau bersumpah bahawa engkau tidak mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa ertinya ini semua?”

Dengan memandang ke langit Fathimah as menyambung: ” Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahawa apa yang akan aku katakan ini adalah benar.”

Ali AS menambah: ” Wahai Fatimah! Sudikan anda menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikan anda dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah yang menghantar hidangan yang lazat ini yang menjadi makanan kita!”

Rasulullah s.a.w dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali AS dan berkata: ” Wahai Ali! Semua ini adalah sebenarnya anugerah dari Allah SWT kerana kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan wang dinar tersebut.

“…Sesungguhnya Allah memberikan (rezeki) apa yang dikehendakiNya tanpa hisab.”(Ali-Imran: 37)

“Dan apabila Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, dia mendapati jmakanan di sisinya.” (Ali-Imran: 37) , [Amali Tusi, Jilid 2, hlm.228-230]

Sikap Rasulullah s.a.w Terhadap Fathimah as

Rasulullah mengaitkan Fathimah as dengan dirinya s.a.w. Justeru Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

“Fatimah adalah daripadaku dan barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah.” [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 111]

Ketika berpergian, Fathimah as adalah orang yang paling akhir beliau s.a.w mengucapkan selamat tinggal, dan ketika pulang dia (Fathimah as) adalah orang yang pertama yang ditemui oleh ayahya s.a.w. [Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juzuk 5, hlm.275; Al-Baihaqi, Sunan, Juzuk 1, hlm.26].

Imam Ali AS suatu ketika bertanya kepada Rasulullah s.a.w:

“Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan keluargamu yang paling dekat denganmu?

Fatimah binti Muhammad,” jawab baginda s.a.w. [Al-Tabari, Dhakair al-Uqba; Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154]

Serikandi Islam : Ummu Sulaim




Sekilas Tentang Ummu Sulaim:

  • Nama sebenarnya ialah Ghumaisa’ Bintu Milhan
  • Ibu kepada Anas Bin Malik (ra)
  • Berumur 40 tahun ketika Islam mula menyinari bumi
  • Memeluk Islam ketika dakwah Mus’ab Bin Umair di Madinah
  • Berkahwin dengan Abu Talhah selepas kematian suaminya yang pertama

Yang Menjadikannya Istimewa:

Selepas keislamannya, suaminya Malik Bin Nadhr memujuknya supaya kembali kepada agama asal namun beliau tetap dengan pendiriannya dan akhirnya suaminya meninggalkannya dan menuju ke Syam, dan tidak lama selepas itu suaminya mati dalam kesyirikan.

Selepas kematian suaminya itu, Abu Talhah yang ketika itu belum memeluk Islam datang membawa emas dan perak untuk meminangnya. Lantas beliau berkata, “Aku tidak berhajat kepada dua benda ini, akan tetapi maharku adalah Islam, sekiranya engkau terima maka aku tidak berhajat kepada perkara yang lain”.

Abu Talhah kemudian keluar dan kembali sebagai seorang Muslim, maka beliau pun mengahwininya. Berkata seorang wanita Ansar, “Tidak pernah kami mendengar hingga kini seorang yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim yamg mana maharnya adalah Islam”.

Hasil perkahwinannya dengan Abu Talhah, beliau di kurniakan seorang anak bernama Abu Umair. Suatu hari, ketika suaminya keluar bermusafir, anaknya telah ditimpa sakit yang akhirnya membawa kepada ajalnya. Ummu Sulaim telah memandikan dan mengkafankannya. Selepas itu beliau berkata kepada ahli keluarganya, “Biarlah aku yang mengkhabarkan berita tentang kematian anakku ini kepada suamiku”.

Sekembalinya Abu Talhah dari bermusafir, dia bertanyakan khabar anaknya itu. Ummu Sulaim dengan tenang menjawab, “Anak kita berada dalam keadaan aman”. Apabila menjelang malam, berkata Ummu Sulaim, “Wahai suamiku, andaikata seseorang itu diberi pinjam sesuatu barang, kemudian empunya barang itu minta dikembalikan barangnya, patutkah dia tidak mengembalikannya?” Jawabnya: “Tidak”. Kemudian Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnnya Allah telah mengambil semula apa yang dikurniakan kepada kita, anak kita telah pun diambilnya kembali”. Pilu hati Abu Talhah mendengar kata-kata isterinya itu, namun dia redha dengan takdir Allah.

Subuhnya, Abu Talhah pergi menemui Rasulullah (saw) dan menceritakan peristiwa yang berlaku itu. Kemudian Rasulullah (saw) berdoa semoga Allah menggantikannya dengan yang lebih baik. Tidak lama selepas itu, Ummu Sulaim telah dikurniakan 10 orang anak yang mana kesemuanya dikalangan ulama yang terpilih.

Lihatlah betapa tabahnya hati seorang ibu dalam menghadapi detik-detik kematian anaknya dan betapa bijaknya dalam menyampaikan khabar duka itu dengan menggunakan uslub yang menarik. Begitu juga dengan kekentalan imannya sehingga sanggup berpisah dengan suami yang dicintainya dan menukarkan emas dan perak dengan Islam sebagai maharnya. Semoga kita dapat mencontohi pekerti Ummu Sulaim yang mulia ini, dan moga Allah mengurniakan kepada kita semua ketabahan iman dalam menempuhi liku-liku hidup ini. Allahumma Ameen.

Sumber rujukan:

  • Sohabiat Hawla Rasul
    Muhammad Roji Hassan Kannas
  • Suwar Min Hayati Sohabiat
    Dr. Abd.Rahman Rafat Basya
  • Kisah-kisah Para Sahabat
    Maulana Muhammad Zakaria Khandalawi

sumber : http://dakwah.info/komik/kisah-ummu-sulaim-%E2%80%93-rumaysa/

Serikandi Islam : Mashitah



Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,"Pada saat malam terjadinya Israk Mikraj saya mencium bau harum, sayapun bertanya,"Ya Jibril, bau harum apakah ini?”Jibril menjawab,"Ini adalah bau wangi wanita penyisir rambut puteri Firaun (Masyithah) dan anak-anaknya.”

Saya bertanya, ”Bagaimana boleh jadi demikian?” Jibril bercerita ,"Ketika dia menyisir rambut puteri Firaun suatu hari, tiba-tiba sisirnya terjatuh. Dia mengambilnya dengan membaca ”Bismillah (dengan nama Allah).”

Puteri Firaun berkata, "Hai, dengan nama bapakku?” Masyithah berkata, "Bukan, Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan bapakmu.”Puteri Firaun bertanya, "Kalau begitu, kamu punya Tuhan selain ayahku? Wanita tukang sisir itu menjawab, "Ya”. ”Anak puteri Firaun berkata, akan aku lapor­kan pada ayahku. 'Wanita tukang sisir menjawab, 'Silakan!'

Puteri Firaun kemudian melaporkan kepada bapaknya, dan Firaun pun kemudian memanggil Masyithah. Firaun bertanya,"Ya Masyithah, apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?” Masyithah menjawab,"Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Kemudian Firaun memerintahkan untuk mempersiapkan periuk besar dari tembaga untuk dipanaskan. Satu persatu anak wanita tukang sisir itu kemudian dilemparkan ke dalam periuk yang mendidih. Beberapa saat kemudian, Masyithah berkata kepada Firaun, "Saya mempunyai satu permohonan. ”Firaun menjawab," Katakanlah.” Masyithah berkata,"Saya ingin engkau mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang-tulang anakku dalam satu kain/kantung untuk kemudian dikuburkan.” Firaun menjawab," Akan aku penuhi permintaanmu.”

Lalu satu demi satu anaknya dilemparkan ke dalam periuk mendidih itu di depan matanya, sampai akhirnya tinggal seorang bayi yang masih menyusu. Pada saat itu wanita tukang sisir nampak ragu-ragu. Si bayi diatas gendongan Masyithah, atas izin Allah tiba-tiba berbicara, "Terjunlah Ibu! Ayuh terjunlah, azab dunia lebih ringan daripada azab Akhirat.” Mendengar anaknya berbicara si ibu pun terus terjun bersama bayinya.

Kisah dari seorang wanita bernama Masyithah yang menjadi penerang kegelapan istana Firaun. Dia mempertahankan kebenaran, meskipun berat dan pahit terasa.

Pengajaran:

1. Anjuran untuk tetap sabar dan teguh ketika muncul fitnah.

2. Balasan itu sesuai dengan jenis amal yang dikerjakan.

3. Bagi yang bersabar dalam memegang teguh agama dan tidak takut dicela orang niscaya memperoleh pahala dan gan­jaran yang sangat besar, sebagaimana firman Allah dalam Surah Az-Zumar:10, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas."

4. Seorang muslim diperbolehkan mengajukan permintaan yang mengandung kebaikan sekalipun sebagai­mana kisah ini. Wanita tukang sisir anak gadis Firaun meminta agar tulang tubuhnya dan anak-anaknya dikubur menjadi satu.

5. Sesungguhnya Allah SWT senantiasa memberi jalan keluar untuk para waliNya dari musibah atau bencana yang menimpa.

6. Ketetapan karamah Allah yang diberikan bagi orang saleh dan salehah.

7. Karamah termasuk dalam kategori peristiwa luar biasa.


sumber :http://www.gengterengganu.com/v2/bicara-agama/siri-renungan/175-01

Bonda Nabi Muhammad SAW- Aminah Bt Wahab


1. Aminah Bonda Rasulullah SAW . eorang wanita berhati mulia, pemimpin para ibu. Seorang ibu yang telah menganugerahkan anak tunggal yang mulia pembawa risalah yang lurus dan kekal, rasul yang bijak pembawa hidayah. Dialah Aminah binti Wahab. Ibu dari Muhammad bin Abdullah yang diutus Allah sebagai rahmat seluruh alam. Cukuplah baginya kemuliaan dan kebanggaan yang tidak dapat dimungkiri, bahawa Allah azza wa jalla memilihnya sebagai ibu seorang rasul mulia dan nabi yang terakhir. Berkatalah Muhammad puteranya tentang nasabnya. "Allah telah memilih aku dari Kinanah, dan memilih Kinanah dari suku Quraisy bangsa Arab. Aku berasal dari keturunan orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik." Dengarlah sabdanya lagi, "Allah memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang baik ke rahim-rahim yang suci secara terpilih dan terdidik. Tiadalah bercabang dua, melainkan aku di bahagian yang terbaik." Aminah bukan cuma ibu seorang rasul atau nabi, tetapi juga wanita pengukir sejarah. Kerana risalah yang dibawa putera tunggalnya sempurna, benar dan kekal sepanjang zaman. Suatu risalah yang bermaslahat bagi ummat manusia.

Berkatalah Ibnu Ishaq tentang Aminah binti Wahab ini. "Pada waktu itu ia merupakan gadis yang termulia nasab dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy." Menurut penilaian Dr. Bint Syaati tentang Aminah ibu Muhammad iaitu. "Masa kecilnya dimulai dari lingkungan paling mulia, dan asal keturunannya pun paling baik. Ia (Aminah) memiliki kebaikan nasab dan ketinggian asal keturunan yang dibanggakan dalam masyarakat aristokrasi (bangsawan) yang sangat membanggakan kemuliaan nenek moyang dan keturunannya."

Aminah binti Wahab merupakan bunga yang indah di kalangan Quraisy serta menjadi puteri dari pemimpin bani Zuhrah. Pergaulannya senantiasa dalam penjagaan dan tertutup dari pandangan mata. Terlindung dari pergaulan bebas sehingga sukar untuk dapat mengetahui jelas penampilannya atau gambaran fizikalnya. Para sejarawan hampir tidak mengetahui kehidupannya kecuali sebagai gadis Quraisy yang paling mulia nasab dan kedudukannya di kalangan Quraisy. Meski tersembunyi, baunya yang harum semerbak keluar dari rumah bani Zuhrah dan menyebar ke segala penjuru Makkah. Bau harumnya membangkitkan harapan mulia dalam jiwa para pemudanya yang menjauhi wanita-wanita lain yang terpandang dan dibicarakan orang.

2. KEWAFATAN AMINAH, IBU RASULULLAH SAW Setelah Rasulullah SAW berada di bawah jagaan Halimatus Sa'diyyah selama empat tahun lamanya, anak itu dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Menurut adat Arab, setiap tahun Aminah pergi menziarahi ke pusara suaminya dekat kota Madinah itu. Setelah Rasulullah SAW dikembalikan oleh Halimah, tidak berapa lama kemudian, pergilah dia berziarah ke pusara suaminya itu bersama-sama dengan anaknya yang masih dalam pangkuan itu, bersama-sama pula dengan budak pusaka ayahnya, seorang perempuan bernama Ummi Aiman.

Tetapi di dalam perjalanan pulang, Aminah ditimpa demam pula, lalu menemui ajalnya. Dia meninggal dan mayatnya dikuburkan di al-Abwa', suatu dusun di antara kota Madinah dengan Makkah. Anak yang malang itu pindahlah ke dalam gendungan Ummi Aiman. Dialah yang membawa anak itu balik ke Makkah. Anak itu kemudiannya diasuh dengan penuh kasih sayang oleh datuknya 'Abdul Muttalib. Berkata Ibnu Ishak : "Maka adalah Rasulullah SAW itu hidup di dalam asuhan datuknya 'Abdul Muttalib bin Hasyim. Datuknya itu ada mempunyai suatu hamparan tempat duduk di bawah lindungan Ka'bah. itu. Anak-anaknya semuanya duduk di sekeliling hamparan itu. Kalau dia belum datang, tidak ada seorang pun anak- anaknya yang berani duduk dekat, lantaran amat hormat kepada orang tua itu.

Maka datanglah Rasulullah SAW, ketika itu dia masih kanak-kanak, dia duduk saja di atas hamparan itu. Maka datang pulalah anak-anak datuknya itu hendak mengambil tangannya menyuruhnya undur. Demi kelihatan oleh 'Abdul Muttalib, dia pun berkata : "Biarkan saja cucuku ini berbuat sekehendaknya. Demi Allah sesungguhnya dia kelak akan mempunyai kedudukan penting.' Lalu anak itu didudukkannya di dekatnya, dibarut-barutnya punggungnya dengan tangannya, disenangkannya hati anak itu dan dibiarkannya apa yang diperbuatnya."

IBU BAPA RASULULLAH SAW Nasab sebelah bapa : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusaiy bin Kilaab bin Murrah bin Ka'ab bin Luaiy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'd bin Adnan. Nasab yang sepakat di antara ahli tarikh hanyalah sehingga Adnan ini saja, ke atasnya menjadi perselisihan. Tetapi sepakat pula ahli tarikh mengesahkan bahawa Adnan itu keturunan Nabi Ibrahim al-Khalil. Yang jadi perselisihan ialah berapa orangkah nenek-nenek Baginda di antara Ismail dengan Adnan itu. Kata setengahnya banyaknya 40 orang, setengahnya pula mengatakan hanya 7 orang. Berkata Abu Abdullah al-Hafiz : "Tentang berapakah bilangan nenek-nenek moyang Rasulullah SAW sejak dari Adnan menjelang Ismail dan Ibrahim itu tidaklah ada suatu riwayat yang muktamad."

3. Nasab sebelah ibu : Muhammad bin Aminah binti Abdul Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Hakim (Kilaab). Di sanalah pertemuan nasab ayahnya dengan nasab ibunya. 1 PERKAHWINAN 'ABDULLAH DENGAN AMINAH Usia Abdul Muthalib sudah hampir mencapai tujuh puluh tahun atau lebih tatkala Abrahah menyerang Makkah dan cuba menghancurkan Ka'bah. Ketika itu umur anaknya, 'Abdullah sudah dua puluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikahwinkan. Pilihan Abdul Muthalib jatuh kepada Aminah binti Wahab bin 'Abdul Manaf bin Zuhra - pemimpin suku Zuhra ketika itu yang amat sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat.

Maka pergilah anak-beranak itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. 'Abdul Muthalib dengan anaknya menemui Wahab dan melamar puterinya. Sebahagian penulis sejarah berpendapat, bahwa mereka pergi menemui Uhyab, bapa saudara Aminah, kerana waktu itu ayahnya sudah meninggal dunia dan dia di bawah asuhan bapa saudaranya.

Lamaran 'Abdul Mutalib itu diterima dengan amat gembiranya oleh keluarga Zuhra. Persiapan pun dibuat untuk melangsungkan hari kebesaran bagi kedua-dua pengantin yang sama padan bagai pinang dibelah dua itu. Pada hari perkawinan 'Abdullah dengan Aminah itu, Abdul Muthalib juga berkahwin dengan Hala, sepupu Aminah. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, bapa saudara Rasulullah SAW. 'Abdullah bersama Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan 'Arab di mana perkahwinan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin perempuan.

Sesudah itu mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abdul Muthalib. 5 Muhammad Al-Amin, dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi'ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Terlahir dari Ibu bernama Siti Aminah Binti Wahab dan ayahnya Abdullah Bin Abdul Muthalib, keturunan Bani Ismail, putra Nabi besar Ibrahim as yang dijanjikan oleh Allah, dan sekaligus merupakan kakak dari Nabi Ishak, putra Nabi Ibrahim dari Siti Sarah yang menurunkan Nabi-nabi besar untuk umat Israel.

Sang ayah, Abdullah, meninggal di Yastrib dalam perjalanan berdagangnya, jauh hari sebelum Muhammad dilahirkan. Ketika beliau masih bayi, selain menyusu kepada ibu kandungnya, Muhammad juga pernah disusui oleh Tsuwaibah Al Aslamyah dari Bani Aslam yang juga budak dari Abu Lahab, bersama-sama dengan Hamzah bin Abdul Muthalib pamannya yang sebaya usianya dengan Muhammad, dan selanjutnya menyusu kepada Halimah Al- Sa'diyah, dari Bani Sa'ad yang terletak antara Mekkah dan Thaif yang bersuamikan Abu Zuaib. Sejak dari kandungan ibunya, hingga ia lahir, Muhammad sudah menunjukkan berbagai mukjizatnya sebagai tanda-tanda kenabiannya kelak dikemudian hari. Setelah masa penyusuannya usai, Muhammad kembali kepelukan ibunya, Siti Aminah.

4. Setahun kemudian, Muhammad kecil beserta ibunya dan seorang inang pengasuhnya bernama Ummu Aiman melakukan ziarah kemakam Abdullah, ayah Muhammad dan suami Aminah di Yastrib. Selama satu bulan mereka tinggal di Yastrib dengan menumpang dirumah keluarga mereka dari Bani Najjar. Dalam perjalanan pulang kembali kekota Mekkah, tepat disebuah desa bernama Abwaa', Aminah jatuh sakit dan wafat disana, waktu itu usia Muhammad sudah 6 tahun. Karena jaraknya kekota Mekkah masih cukup jauh, akhirnya jenazah Aminah dikuburkan didesa Abwaa' tersebut dan Muhammad beserta inangnya, Ummu Aiman kembali kekota Mekkah berdua.

Abdullah telah pergi, Aminah pun telah pula pergi setelah keduanya melakukan kewajiban yang diamanatkan kepada keduanya. Anak yang mulia itu kini menjadi yatim piatu seperti kehendak Allah, kehilangan ibu sebagaimana ia telah lebih dulu kehilangan ayah, tidak ada lagi yang akan menolongnya dalam segenap hal selain daripada Allah yang sudah mentakdirkan sekalian takdir.

http://www.slideshare.net/rizam75

Serikandi Islam : Sumayyah Bt Khabbab




Sumayyah binti Khabbab

"Sumayyah binti Khabbab merupakan hamba kepada Abu Huzaifah bin Al-Mughirah iaitu seorang pembesar Quraisy dan telah menetap bersama Abu Huzaifah sedari kecil lagi memandangkan beliau seorang anak yatim piatu. Perwatakan beliau yang baik dan taat kepada perintah tuannya sememangnya menjadikan beliau cukup disegani walaupun taraf beliau hanya sebagai seorang hamba yang berkulit hitam. Beliau juga ditakdirkan berkahwin dengan Yasir yang juga bekerja dengan Abu Huzaifah. Hasil perkahwinan itu mereka dikurniakan seorang anak lelaki yang bernama Ammar. Sumayyah sekeluarga merupakan antara individu yang terawal memeluk agama Islam yang dibawa oleh junjungan besar, Nabi Muhammad S.A.W. di Mekah."


Kisah beliau yang masih dikenang adalah saat beliau sekeluarga ditangkap oleh Abu Jahal dan kuncu-kuncunya. Dengan ketabahan hati Sumayyah sekeluarga serta taat setianya mereka kepada Islam, mereka tidak gentar dengan seksaan-seksaan yang dilakukan oleh Abu Jahal dan kuncu-kuncunya. Nabi Muhammad yang melihat kejadian tersebut juga tidak mampu berbuat apa-apa. Baginda hanya mampu bersabda, “Bersabarlah keluarga Yasir. Sesungguhnya kamu semua dijanjikan syurga.” Dalil ini menunjukkan jaminan Rasulullah kepada mereka sekeluarga sebagai penghuni Syurga Jannatun Naim. Akhirnya dengan balingan lembing oleh Abu Jahal, mereka sekeluarga gugur syahid dan Sumayyah merupakan wanita pertama Islam yang gugur syahid.

Sumbangan Sumaiyah amat bermakna dalam mempertahankan kesucian akidah Islam.
Antaranya:
  1. Berani menyatakan yang hak.
  2. Sanggup mempertaruhkan nyawa kerana mempertahankan kesucian akidah.
  3. Memberi imej yang baik kepada umat Islam dalam soal mempertahankan agama Islam.
  4. Memperteguh keyakinan dan keazaman penganut Islam yang lain untuk meneruskan perjuangan.

Seksaan terhadap Sumayyah sekeluarga
  • Kaki dan tangan mereka diikat dan diheret ke tengah padang pasir yang panas terik
  • Rumah mereka dibakar
  • Dicucuk dengan besi panas
  • Ditikam dengan lembing
  • Dicungkil biji mata
  • Dibenam ke dalam air
Rujukan: Sumayyah binti Khabbab

Tokoh Islam : Al-Khansa Ibu Para Syuhada


Pada masa Jahiliyah tersebutlah seorang penyair wanita ulung bernama al-Khansa. Syair-syairnya begitu memikat. Simaklah syiar ratapan terbaik yang pernah diciptakannya , sesaat setelah kematian saudaranya yang bernama Shakr:

"Air mataku terus bercucuran dan tak pernah mau membeku
ketahuilah... mataku menangis
karena kepergian Sakhr, sang dermawan
ketahuilah... mataku menangis
karena kepergian sang gagah berani
ketahuilah... mataku menangis
karena kepergian pemuda yang agung"

Al-Khansa bernama Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid. Cahaya Islam yang ditebarkan Rasulullah di Jazirah Arab telah mengetuk pintu kesadarannya. Bersama beberapa orang dari kaumnya, sang penyair menghadap Rasulullah SAW. Ia menyatakan keislamannya dan bertekad membangun aqidah tauhid.

Sang penyair pun menjadi seorang Muslimah yang baik. Ia pun menjadi salah seorang Muslimah teladan sekaligus figur cemerlang dalam keberanian dan kemuliaan diri. Al-Khansa menjadi teladan mulia bagi para ibu Muslimah.

Suatu ketika Rasulullah SAW memintanya bersyair. Pemimpin terbaik sepanjang zaman itu mengagumi bait-bait syair al-Khansa'. Ketika al-Khansa sedang bersyair, Rasulullah SAW berkata, "Aduhai, wahai Khansa, hariku terasa indah dengan syairmu."

Suatu ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, mereka berkata, “Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, serta orang yang paling pandai berkuda.”

Rasulullah SAW bersabda, "Siapakah mereka itu. Sebutkanlah namanya." Adi menjawab, "Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba."

Rasulullah SAW berkata, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah SAW, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thalib."

Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melalui pembinaan dan pendidikan di bawah naungannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Al-Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada.

Ia adalah seorang ibu yang tegar. Al-Khansa telah berhasil mendidik keempat anaknya. Kelak keempat anak lelakinya gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah al-Khansa.

Keempat anaknya itu ingin turut berperang melawan tentara Persia. Mereka saling berdebat menentukan siapa yang harus tinggal di rumah mendampingi sang bunda. Perdebatan itu akhirnya sampai di telinga al-Khansa.

Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab RA, al-Khansa akhirnya berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.

Di medan peperangan, sesaat dua para pasukan siap berperang, al-Khansa mengumpulkan keempat putranya. Ia memberikan petuah, bimbingan serta mengobarkan semangat jihad fi sabilillah dan buah hatinya tetap istiqamah berperang di jalan Allah dan mengharapkan syahid.

Dengan penuh ketegaran al-Khansa bertutur,'' “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan dan tanpa paksaan, kalian telah berhijrah dengan sukarela dan Demi Allah, tiada Illah selain Dia.'' Ia lalu melepas anak-anaknya dengan penuh haru dan ikhlas.

Hingga akhirnya, berita syahidnya empat bersaudara itu sampai di telinganya. Kesabaran dan keikhlasan tak membuatnya sedih ketika mendengar kabar itu. “Segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka, dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya”.

Umar bin Khattab paham betul keutamaan al-Khansa dan putra-putranya. Khalifah Umar senantiasa memberikan bantuan yang menjati jatah keempat anaknya kepada al-Khansa, hingga ibu para syuhada itu wafat. Al-Khansa meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan RA, pada tahun ke-24 Hijriyah.


http://ristu-hasriandi.blogspot.com/2009/12/al-khansa-ibu-para-syuhada.html



Aku cumalah seorang an-Nisaa'




Ya Allah..
Jadikan aku tabah seperti Ummu Khadijah
Sehingga dirinya digelar afifah solehah
Dialah wanita pertama
Tiada ragu mengucap syahadah
Pengorbanan bersama Rasulullah
Susah senang bersama
Walau hilang harta kerana berdakwah
Walau dipulau 3 tahun 3 bulan
Imannya sedikit pun tak berubah
Mampukah aku setabah dirinya?
Andai diuji sedikit sudah rebah..
Baru dihina sudah mengalah
Ya Allah..tabahkan aku sepertinya..

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Fatimah Az-Zahrah
Betapa tinggi kasihnya pada ayahandanya
Tidak pernah putus asa pada perjuangan dakwah baginda
Anak yang semulia peribadi baginda
Tangannya lah yang membersihkan luka
Tangannya jua yang membersihkan cela
Pada jasad Rasulullah tercinta
Gagahnya dirinya pada dugaan
Mampukah aku sekuat Fatimah?
Saat diri terluka dendam pula menyapa
Saat disakiti maki pula mengganti
Ya Rabbi..teguhkan hatiku sepertinya..

Ya Allah..
Jadikan aku sehebat Masyitah dan Sumaiyah
Tukang sisir yang beriman
dan Keluarga Yasir yang bertakwa
Sungguh kesabaran mereka menggoncang dunia
Iman tetap terpelihara walau nyawa jadi taruhan
Mampukah sabarku seperti mereka?
Tatkala digoda nafsu dunia..
Entah mana hilangnya Iman di dada

Ya Rahman..
Kuatkan Imanku seperti Masyitah
Terjun penuh yakin bersama bayi ke kuali mendidih
Kerana yakin Allah pasti disisi
Sabarkan aku seperti sumaiyah
Biar tombak menusuk jasad..
Iman sedikit pun takkan rapuh.

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Ummu Sulaim
Perkahwinannya dengan Abu Talhah atas mahar Iman
Islamlah Abu Talhah sehingga menjadi sahabat Rasulullah
Betapa hebatnya tarbiyyah isteri pada suami
Hinggakan segala panahan ke Rasulullah pada hari uhud
Disambut dengan belakang jasad Abu Talhah

Ya Allah..
Tarbiyyahkan aku pada cinta sepertinya
Tingginya nilai cinta pada harga Iman
Mampukah aku menatap cinta itu?
Sedangkan rupa yang menjadi pilihan
Ketulusan Iman diketepikan
Ya Allah..
Ilhamkan aku pada cinta sepertinya..

Ya Allah...
Jadikan aku sehebat Aisya Humaira
Isteri termuda Rasulullah
Biar dilempar fitnah
Dia tetap teguh pada ketetapanNya
Isteri sejati yang memangku Nabi
Pada saat terakhir baginda
Hadis dan Sunnah Rasulullah dipertahankan
Betapa hatimu seorang mujahidah

Ya Allah..
Mampukah aku contohi dirinya?
Pada fitnah yang melanda
Diri mula goyah dan putus asa
Teguhkan Imanku sepertinya..Ya Rahim..

Ya Allah..
Teringat diri pada Khansa
Empat orang anaknya mati di Jalan ALLAH
Dia meratap tangis..
Anak sulungnya syahid
Anak keduanya turut syahid
Anak ketiganya dan keempat jua mati syahid
Namun tangisan itu bukan kerana pemergian anak tercinta
Jawabnya kerana tiada lagi anak yang dihantar untuk berjihad
Ya Allah..
Mampukah aku menjadi ibu yang berjihad?
Sedang anak tak tutup aurat pun masih tak terjawab
Sedang anak tinggal solat pun buat tak kisah
Berikan aku kekuatan sepertinya..
Agar bersedia pada akhirat.

Wahai kaum Adam yang bergelar khalifah..
Diriku bukan setabah Ummu Khadijah
Bukan jua semulia Fatimah Az-Zahrah
Apa lagi sesabar Masyitah dan Sumaiyah
Mahupun sehebat Ummu Sulaim
Dan tidak seteguh Aisya Humaira
Kerana diri cuma An-Nisaa akhir zaman
Dimana Aurat semakin dibuka terdedah
Dimana syahadah hanya pada nama
Dimana Dunia yang terus dipuja
Dimana nafsu fana menjadi santapan utama
Dimana batas sentiasa dileraikan
Dimana ukhwah sentiasa dipinggirkan

Wahai Kaum Hawa
Kita cuma An-Nisaa
Para pendosa yang terbanyak di neraka
Lantas walau tak setabah para Mujahidah
Namun Tabahlah pada ketetapan Allah
Kerana padanya ada Syurga!
Walau tak semulia para wanita sirah
Tapi muliakan diri dengan agama yang memelihara
kerana padanya ada Pahala!
Walau tak sesabar para wanita solehah
Namun sabarkan jiwa pada nafsu dunia yang menyeksa
Kerana padanya ada bahagia!

Sesungguhnya Hawa tercipta dari Tulang rusuk kaum Adam
Bukan untuk ditindas kerana lemah
Tapi untuk dilindungi kerana Indah
dan Indah apabila tertutup terpelihara
Kerana disitulah terjaganya Syahadah
Bak mekarnya wanita dalam sirah
Tuntunlah kami ke arah syurga..
Bicara dari An-Nisaa yang hina..
Makbulkan doaku..
Aamiin..

Sumber : I Luv Islam

Suratan Atau Kebetulan???

Bismillahirahmannirahim.....

Jom Kita Lihat Persamaan Seni Bina Didalam Negara Yang Kita Cintai Ini....

Kepada Yang Tidak Meminati Ataupun Percaya Kepada Teori Konspirasi Freemason...Maka Abaikanlah Gambar2 Dibawah Nie Ya...Kerana Cuma Akan Membuang Masa Anda Yang "BERHARGA" Tu....

Kolej Universiti Sains dan Teknologi Malaysia (KUSTEM)

Sekarang Ni..Bila Digoggle...Gambar Kawasan Ini Dikaburkan....
:)

http://wikimapia.org/1620361/Kustem-Cross

Putrajaya And Vatican City ?
Perhatikan MATA

Masih Lagi Diarea Putra Jaya....=Alamanda

Presint 5-

Ni Paling Jelas

Mengapakah Obelisk(Tiang) Dibina Sebagai Mercu Tanda ?Apakah Mercu Tanda Islam ?Adakah Tiang ?

Sambil Lihat Gambar Nie...Digalakkan Untuk Memasang Lagu Kenny Martin=Suratan Atau Kebetulan.....

Sumber Gambar Daripada Sahabat2 Saya Yang Perihatin Dengan Konsprasi Baik Didalam Dan Luar Negara.....

Keypad Lock=http://www.facebook.com/keypadl0ck

Clulues Mind=http://www.facebook.com/notin2see (Allahyarham Faizal Abdul Aziz....Semoga Beliau Tergolong Dikalangan Orang2 Yang Beriman....Amin)

Dan Kepada Sahabat Disini Yang Tak Memahami Apa Yang Saya Ingin Sampaikan Di Dalam Nota Ini...Dan Menganggap Pekara Ini Adalah KEBETULAN...

Saya Menyarankan Saudara2 Menonton Video Dokumentari Konspirasi Dunia Gelap Freemason Bertajuk THE ARRIVALS...

Dimana Dokumentari Ini Akan Memberikan Sedikit Pencerahan....Siapakah MEREKA,APAKAH YANG INGIN MEREKA LAKUKAN...

Dan Lebih Memeranjatkan..Saudara2 Sendiri Pastinya Tidak Sangka...Mereka Sedang Menantikan Ketibaan DAJJAL...

(The Arrival 00-51)

http://www.youtube.com/user/Fr33DoMFighT3Rz#p/c/3EB067A7460254EC/0/x9zrPH6HMu4

InsyaAllah....

Medina Solutions Sdn Bhd Mendapat Liputan Daripada Media Elektronik Dan Media Cetak Salah Seorang Board Of Director Berasal Dari Anak Jati Lekir






MODEN&Generasi Muda

Seiring perputaran waktu, maka perubahan demi perubahan selalu ada di negara kita ini yaitu bangsa Indonesia. Mulai dari perubahan moral, etika, adat istiadat sampai dengan teknologi. Sehingga dampak dari perubahan – perubahan adakalanya menguntungkan bangsa, tapi adakalanya juga merugikan bangsa kita. Walaupun bangsa kita maju di bidang IPTEK- nya, tapi apakah kita tidak sadar dengan semakin rendahnya etika dan moral bangsa kita di mata negara lain ? Dahulu anak muda bangsa kita mempertaruhkan jiwa dan raganya demi bangsa Indonesia tercinta, sampai harga diripun dipertaruhkan tak lain demi mempertahankan bangsa tanah air tercinta. Tapi pada era sekarang apakah generasi muda kita melakukannya sama seperti anak bangsa terdahulu ? Jawabnya tidak semua generasi muda kita melakukannya tanpa pamrih, kadang juga ada yang tidak sadar, bahkan berkhianat pada bangsa. Ada sebagian generasi bangsa yang masih mewarisi jiwa nasionalisme dan selalu berjuang memajukan bangsa dan negara kita.
Sekilas kita melihat generasi muda pada masa sekarang, banyak yang tidak tahu etika, bahkan kadang tidak mempunyai moral sama sekali. Lalu siapakah yang patut kita salahkan seandainya bangsa Indonesia semakin terpuruk dan tidak ada sikap nasionalisme sama sekali ? Pemimpin negarakah ? Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan hanya sepihak, karena kesalahan jelas mutlak terletak pada diri individu masing – masing. Coba kita renungkan sejenak, ada yang kerap kali kita lupakan, yaitu perjuangan pahlawan – pahlawan kita terdahulu, yang selalu berjuang demi membela bangsa dan tanah air kita tercinta, bahkan merekapun tak takut mati. ”Hidup atau Mati” slogan itu yang selalu terucap oleh pahlawan – pahlawan kita terdahulu. Tapi apakah balasan untuk perjuangan mereka ? Coba kita berusaha mengenang dan mengabadikannya dengan cara memperingati hari pahlawan dan hari kebangkitan nasional. Tapi kita kadang lupa untuk memperingati hari – hari bersejarah itu. Padahal kita sebagai generasi penerus bangsa sepatutnya selalu mengenang jasa para pahlawan kita dan bisa dijadikan contoh sebagai bentuk perjuangan mempertahankan bangsa dan negara.
Hari kebangkitan nasional bisa kita warnai dengan kegiatan – kegiatan yang mencerminkan nasionalisme terhadap bangsa dan negara dan dapat mengenang jasa pahlawan nasional kita. Tapi dimata generasi muda, kebangkitan nasional kadang sering disalahartikan menjadi sesuatu yang dapat menyimpang dari kaidah – kaidah atau norma- norma yang ada di negara kita. Misalnya munculnya paham – paham baru yang bernuansa nasionalisme, sehingga dimata masyarakat umum terlihat rancu. Tapi pada pada hakikatnya adanya hari kebangkitan nasional merupakan wujud kita sebagai generasi penerus bangsa untuk dapat membangkitkan bangsa kita dari keterpurukan di segala aspek atau bidang yang ada.
Pada prinsipnya tidak semua orang menyadari akan adanya peringatan hari kebangkitan nasional, bahkan mungkin ada yang tidak mengerti makna yang terkandung pada peringatan hari kebnagkitan nasional. Maka kita sebagai generasi muda yang baik, sepatutnya membimbing generasi muda yang lain terutama yang tidak sadar akan arti penting kebangkitan nasional.
Dampak dari era globalisasi sekarang ini mungkin sangatlah banyak, tapi kita tentu tidak bisa menyebutkannya satu persatu. Beberapa dampak yang ada terutama bagi generasi muda penerus bangsa. Dampak positif maupun negatif pastinya ada, tapi lebih banyak dampak negatif atau positifkah ? Mungkin hampir seimbang dilihat dari perubahan – perubahan yang ada, tapi kita tidak akan membahas masalah itu hanya sebagai pengetahuan saja.
Kita kadang tidak sadar dengan keadaan bangsa yang selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan – perubahan itu terletak pada generasi – generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Maju tidaknya bangsa kita terletak pada sumber daya manusianya. Adanya pendidikan merupakan untuk menciptakan generasi muda yang handal. Seiring berjalannya waktu tentunya banyak sekali perubahan – perubahan. mulai dari zaman batu sampai zaman teknologi seperti sekarang ini.
Perubahan itu memang mutlak terjadi, tapi kita sebagai penerus bangsa juga tidak melupakan jasa – jasa orang terdahulu yang memperjuangkan bangsa kita dari penjajah. Mungkin tanpa mereka, kita tidak bisa bernapas lega seperti sekarang ini. Maka patutlah kita untuk mengenang jasa – jasa mereka yaitu salah satunya dengan memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Tidak harus diterapkan sama seperti zaman dahulu yaitu harus bertempur mati – matian untuk membela bangsa dan negara. Tapi cukup dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat mengenang perjuangan generasi muda terdahulu.
Generasi muda sekarang ini kebanyakkan tidak menyadari arti penting dari peringatan Hari Kebanngkitan Nasional. Mereka lebih senang hidup bebas seperti burung yang selalu bebas terbang ke angkasa. Di mata generasi muda, peringatan Hari Kebangkitan Nasional tidaklah penting, tapi pada hakikatnnya memperingati Hari Kebangkitan Nasional merupakan wujud kesadaran kita untuk dapat menghargai akan perjuangan pahlawan – pahlawan kita terdahului dan sebagai bentuk bela diri kita terhadap bangsa dan negara. Jadi, sangatlah penting untuk kita dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Tapi kebanyakkan generasi muda sekarang lebih cenderung mengutamakan hal – hal yang tidak penting, yang sifatnya kesenangan semata.
Hari yang seharusnya diperingati dengan hal yang bisa memberikan ketegaran dan semangat juang tinggi, tapi kadang justru diisi dengan sesuatu yang bisa menyesatkan bangsa. Bangkitlah Indonesiaku……….suarakan hal – hal yang bisa membangkitkan bangsa kita dari keterpurukan. Dalam segala aspek sebenarnya bangsa kita terbelakang terutama dalam bidang IPTEK. Mari kita bangkitkan semangat generasi pemuda kita dengan menggandeng dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Walaupun jarang sekali kita menemui orang yang mempunyai jiwa nasionalisme baik terhadap sesama, bangsa maupun negara.
Di mata generasi muda, Peringatan Hari Kebangkitan Nasional hanyalah sebagai simbol kebangkitan bangsa dari keterpurukan tapi ada juga yang menganggap kalau hal itu tidak penting. Namun kita sebagai warga Indonesia yang baik, tentunya harus selalu memperingati hari – hari bersejarah dalam mengenang pahlawan terdahulu. Mudah – mudahan kita termasuk orang yang mempunyai jiwa nasionalisme dan juga selalu memperingati Hari Kebangkitan Nasional dan diisi dengan sesuatu yang bermakna di mata bangsa dan negara.
                                           Oleh : M. Khaerul Anam- dikongsi semula by:zulkifli asri