Khamis, 11 November 2010

Biar dia mulia asal aku yang hina


Ketika anak laki-lakinya pergi sekolah,si ibu datang ke sekolah untuk melihat anaknya.Tapi apa yang terjadi?

si anak laki-lakinya jadi malu karena diejek-ejek oleh teman-teman,kerana dia mempunya ibu bermata satu.


Sesampai di rumah si ibu dimarahin oleh si anak,Sejak itu si ibu tidak dibolehkan bertemu orang-orang lain agar si anak tidak malu.



Setelah anaknya dewasa,si anak telah bekerja dan sukses, dan sudah berkeluarga dan mempunyai isteri yang cantik
dan anak2 yang lucu.... si ibu rindu ingin ketemu dengan anak dan cucunya.. 


Sesampai di depan pintu rumah anak
laki-lakinya dia diusir oleh anaknya sendiri,seraya berkata : untuk apa kamu datang kesini orang tua bermata satu,
kamu telah menakutkan anak-anakku, kata si anak. Akhirnya,si ibu pulang dengan bersedih hati.. 


Dia akhirnya
hanya melihat cucu2nya di depan pagar,
Sekian lama waktu berlalu,si ibu akhirnya sakit dan sepertinya tidak akan lama lagi umurnya,Dia memberi
tahukan berita ini kepada anak laki-lakinya itu, bahawasanya dia sedang sakit parah. Tapi, si anak laki2 tetap tidak
mau bertemu ibunya. Ajalnya pun menjemputnya.


Selang beberapa waktu, si isetri dari si anak laki2 bertanya kepada suaminya: mengapa kamu tidak pergi ke rumah ibumu?ibu kan sudah tiada?

Dia menjawab: saya sedang sibuk. Tapi akhirnya,dia dipujuk oleh istrinya,agar pergi ke rumah ibunya tersebut
sekali saja kerana ibunya sudah tiada.


Akhirnya si anak laki2 pergilah ke rumah allahyarhammah ibunya,dia masuk ke rumah yang telah lama dia
tinggalkannya dan ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh ibunya berisi: "anakku,aku sangat bahagia
melihatmu dari kecil,sampai dewasa dan menjadi seperti sekarang ini. ketahuilah nak,bahawasanya kamu kecil
hanya mempunyai mata satu,aku telah merelakan mata yang satu lagi diberikan kepadamu.. agar kamu bisa hidup
bahagia kelak".


Betapa pilu,sedih dan amat durhaka pada siibu..sanggup hanya sebiji mata demi anak.... tapi...anak tidak sanggup dikeji demi ibu...tanpa ia sapalah kita...!


                           Renungkanlah...Zulkifli Asri

1 ulasan: